Google Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 11 Agustus 2010

KKN KUM-11 UMM di Sumbermanjing kulon


KKN KUM-11 UMM di Sumbermanjing kulon

Sumbermanjing Kulon – Menurut data statistik, saat ini jumlah angka buta aksara di Indonesia mencapai 8,4 juta jiwa atau sekitar 5,46 persen dan di antaranya adalah perempuan dengan usia rata-rata di atas 40 tahun. Untuk menuntaskan masalah ini dibutuhkan kerja sama semua pihak. Oleh karena itu, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mengirimkan delegasinya ke berbagai daerah di Jawa Timur khususnya daerah yang mempunyai jumlah buta aksara paling banyak melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Salah satu daerah yang terpilih untuk program ini adalah desa Sumbermanjing Kulon, kecamatan Pagak. Desa ini adalah salah satu desa ternama di kecamatan Pagak, akan tetapi masih ada beberapa warganya yang mengalami buta aksara sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah.

Adapun delegasi – delegasi yang dikirim oleh UMM ini terdiri dari kumpulan mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan dan berbagai daerah yang bekerja sama untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran. Kelompok ini tergabung dengan nama kelompok 11 (eleven_uye!). Program unggulan dari KKN kelompok 11 ini adalah program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM). Program ini selain bertujuan untuk membantu pemerintah dalam rangka pemberantasan jumlah buta aksara, juga bertujuan untuk meningkatkan potensi sumber daya alam. Mahasiswa dan semua instansi yang terkait bekerja sama dengan perangkat desa untuk memberantas buta aksara di daerah yang bersangkutan. Target awal KUM adalah pembelajaran calistungradeng (membaca, menulis, berhitung, berbicara, dan mendengar).

Secara garis besar, KUM tidak hanyalah memberantas tentang buta huruf, akan tetapi juga memberikan pendidikan tentang peningkatan usaha mandiri kepada masyarakat Sumbermanjing kulon. Dengan kata lain kami ingin menciptakan banyak home industry agar masyarakat tidak hanya menggantungkan hidupnya pada pertanian saja, tetapi juga mendapatkan hasil dari usaha yang mereka buat. Dari hasil pertanian yang mereka dapat diharapkan mereka tidak menjual dalam bahan mentah atau bahan baku pangan, melainkan mereka dapat mengolahnya menjadi bahan jadi atau makanan siap saji agar mendapatkan nilai tambah dari hasil pertaniannya. Karena dalam teori ekonomi, bahan mentah yang diolah dan sudah siap akan bertambah nilai jualnya dibandingkan bahan mentahnya saja. Dan ini yang menjadi salah satu target kelompok kami disini sehingga kami mengadakan pelatihan pengelolaan sumber daya alam dengan mengundang ketua lembaga insan madani Indonesia sebagai pemateri. Hal ini untuk menunjang dan membantu masyarakat Sumbermanjing kulon untuk bisa membuka usaha sendiri.

Selain dari program KUM yang memberantas buta aksara dan menciptakan usaha mandiri, kami disini juga banyak memiliki program lain yang bermanfaat bagi masyarakat Sumbermanjing kulon pada khususnya. Diantaranya:

1. Penyuluhan kesehatan tentang penyakit chikungunya karena penduduk Sumbermanjing kulon saat ini banyak yang terkena penyakit tersebut.

2. Bakti sosial yaitu kegiatan yang kami lakukan untuk membantu beberapa penduduk Sumbermanjing kulon untuk memenuhi kebutuhan sandangnya. Kegiatan ini meliputi menjual pakaian murah yang hasilnya nanti akan dikembalikan lagi kepada masyarakat sekitar desa tersebut untuk menunjang usaha mandiri yang sudah berhasil dan berjalan dengan baik.

Dalam proses pengajaran, banyak suka dan duka yang kelompok kami hadapi. Dukanya karena kurang antusiasnya sebagian masyarakat untuk kembali belajar dan terbatasnya waktu yang mereka miliki, karena kebanyakan dari mereka berkerja sebagai petani. Pagi mereka berangkat ke ladang untuk bertrani dan sore mereka baru pulang kerumah, sehingga hanya malam yang kami miliki untuk memulai proses pengajaran, dan tidak banyak juga yang merasa kelelahan karena seharian mereka di ladang dan malam mereka gunakan waktu untuk istirahat. Akan tetapi kami berusaha untuk memotivasi mereka agar tetap semangat untuk melek huruf. Jadi ini tidak menjadi persoalan besar bagi kelompok 11 karena kami selalu mengutamakan team work sehingga semua masalah yang kami hadapi cepat terselesaikan dan programpun dapat terus dilanjutkan seperti yang sudah direncanakan. Bagian sukanya cukup banyak. Mulai dari beberapa warga yang sangat antusias dan semangat untuk belajar hingga kadang kami sedikit kewalahan untuk menghadapinya sampai tingkah laku mereka saat pembelajaran, dan ini yang membuat kami tetap semangat untuk memberikan materi belajar.