Google Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 30 Agustus 2010

Jangan ada Perang antara Indonesia dan Malaysia


Jangan ada Perang antara Indonesia dan Malaysia


Mendukung perang antara Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu nasionalisme yang tinggi. Bagi beberapa yang menolak untuk adanya perang pun bukan berarti tidak memiliki rasa nasionalisme, tetapi semua itu berdasarkan beberapa pertimbangan dengan pikiran yang dingin dan tanpa emosi.

Saya akan mencoba menjelaskan sedikit kenapa sebaiknya perang tidak dilakukan.


Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Malaysia mempunyai kesepakatan dengan 5 negara. Malaysia memiliki sistem aliansi pertahanan dengan Inggris, Australia, Singapura, serta Selandia Baru. Aliansi itu disebut sebagai Five Power Defense Agreement (FPDA). Salah satu kesepakatan negara-negara FPDA adalah klausul bahwa serangan terhadap salah satu negara anggota merupakan serangan pula terhadap negara anggota lainnya. Tentunya untuk menghadapi ini Indonesia juga kan menjalin aliansi dengan negara lain. Pertanyaannya: "sampai berapa negara yang terlibat?"


Tidak itu saja. Bila dalam konfrontasi nanti negara kita berhadapan dengan Inggris, negara tersebut sangat mungkin meminta artikel lima NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) diaktifkan. Artikel lima NATO serupa dengan klausul perjanjian FPDA yang intinya menyatakan, serangan yang dialami salah satu negara anggota dianggap sebagai serangan terhadap negara-negara anggota lainnya dan harus dihadapi bersama. Sehingga, konfrontasi dengan Malaysia bisa melebar serta membuat Indonesia harus berhadapan dengan negara-negara anggota NATO.


Ini bukan hanya perang antara Indonesia dan Malaysia saja, tetapi dalam perang ini juga akan melibatkan berbagai Negara yang mempunyai kekuatan militer yang jauh lebih baik dari Indonesia dan Malaysia, yang akhirnya bisa menjadi pemicu perang dunia ke-3.

Adakah yang menyadari kalo kedua negara ini perang, siapakah yang akan untung?
Kemungkinan terbesar apabila terjadi perang terbuka baik penduduk Indonesia walaupun Malaysia akan mejadi budak di negaranya sendiri.


Secara garis besarnya, apa mungkin Inggris membantu Malaysia dengan cuma-cuma?

Apa Rusia mengirimkan persenjataan begitu saja kepada Indonesia? Ras melayu akan dinjak-injak oleh ras lain. Sebenarnya inilah yang harus dipikirkan oleh para pemimpin kita. Semua tidaklah seperti yang terlihat.

Janganlah berharap menjadi Negara yang maju setelah adanya perang, saat ini Indonesia sedang dalam tahap Negara berkembang, jika adanya perang maka, tentu saja akan terjadi kerusakan, dan akan sangat sulit sekali untuk membangun dari awal lagi, dan akan membutuhkan dana yang sangat besar, yang apabila tidak terjadi perang, maka dana itu dapat digunakan untuk kepentingan yang lain untuk membangun Negara ini, korban yang menjadi utama adalaha anak-anak dan perempuan. Dan kita akan menjadi budak di negeri sendiri, bangsa lain akan mengambil semua SDA yang kita punya dengan alasan untuk biaya perang yang telah mereka bantu.

Perang juga akan membuat degradasi mental dan moral, serta hilangnya sendi kemanusiaan.

Kenapa tidak dengan cara memajukan bangsa ini agar menjadi yang terbaik diantara Negara tetangga, masih banyak cara lain yang dapat digunakan untuk memenaginya, bukan dengan cara perang. Coba kita ingat sila ke-4 dalam Pancasila yang mengatakan untuk bermusyawarah, dan masih ada juga mahkamah dunia yang bisa menyelesaikan masalah tidak dengan perang.


Kita bukttin pake otak, bukan dengan otot.


Jangan pernah menganggap perang yang sesungguhnya seperti dalam game FPS atau sebagainya.


Dan saya yakin, presiden kita tidak akan mengambil keputusan yang ceroboh untuk menyatakan perang, bayangkan manusia yang ada di negeri Indonesia ini, berjuta nyawa ada ditangannya.


Jangan menjadi nasionalis yang buta. Pikirkan nasib bangsa ini kedepannya bila perang terjadi.