Google Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 20 Maret 2011

just writing.

Ini bukan yang pertama kalinya aku berjalan dari ujung pulau Jawa hingga sampai ke ujung pulau Jawa lagi, tetapi ini sudah menjai perjalanan yang sekian kali aku lakukan. Aku tak pernah bosan untuk melakukan perjalanan ini, tak pernah pula aku merasa jenuh dalam perjalanan, walau mungkin sesekali aku juga merasakannya. Entah kenapa aku senang sekali menggunakan perjalanan darat, terutama menggunakan bus, sepeda motor atau mobil. Aku tidak suka dengan kereta api, karena hanya perjananan lurus yang aku tahu saat naik kereta api, jika melihat keluar jendela juga hanya sawah dan pepohonan yang aku lihat, hanya sesekali saja melihat kehidupan kota. Mungkin inilah yang menjadi alasan kuat kenapa aku tidak suka naik kereta api. Melakukan perjalanan udara juga sangat tidak menyenangkan untuk ku.
Melakukan perjalanan darat selain menggunakan kereta api akan sangat menyenangkan, karena kita akan disuguhi berbagai keadaan yang berbeda di setiap meternya. Jika melakukan perjalanan panjang seperti dari Malang ke Jakarta misalnya, kita akan disuguhi oleh berbagai macam suku yang ada di Indonesia ini, tanpa kita sadar kita juga telah melewati lintas bahasa. Berbagai daerah yang ditawarkan juga memiliki ciri khas sendiri, seperti kota Semarang misalnya, kehidupan malamnya sangat sepi, tetapi dibalik semua itu ada suatu kehidupan malam yang tidak perlu aku kisahkan dalam cerita ini, kehidupan malam yang sangat berbeda dari keadaan kotanya. Hal yang sama juga terjadi di Batang atau yang lebih dikenal dengan Alas Roban, sebuah daerah yang sangat sepi, tetapi didalamnya memiliki cerita yang sangat menarik untuk dikisahkan, tetapi aku juga tidak akan menceritakannya disini. Silahkan kalian cari sendiri kisahnya di mbah google. Berbeda dengan kota Kudus dan Solo, kota ini terlihat sangat tenang, sangat damai di malam hari, begitu menyenangkan sepertinya melihat rumah-rumah penduduk berjejer rapi dan kesemuanya telah menutup pintu dan jendela rapat-rapat, seolah mereka benar-benar tidur dan tidak ingin diganggu hingga ke-esokan harinya mereka bangun dan melakukan segala kegiatannya, sesekali terlintas dalam pikiran ku apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan dibalik sana, hingga membuat kota ini benar-benar terlihat sangat tenang. Hingga akhirnya aku disambut oleh matahari pagi Jakarta, matahari yang sepertinya sangat bersemangat untuk membakar kota, tidak ketinggalan juga tentang macetnya. Inilah pulau Jawa yang tersimpan berbagai cerita didalamnya yang memiliki cerita disetiap kotanya dan memiliki keindahan masing-masing yang benar-benar membuat aku tidak pernah bosan untuk melakukan lintas kota dan provinsi.
Selalu aku menyimpan sebuah harapan saat melakukan perjalanan, harapan yang selalu aku pikirkan saat melakukan perjalanan, melakukan tatapan kosong keluar jendela dan melihat-lihat kenyataan sambil tersenyum atau bahkan membungkam bibirku sampai tak tahu aku harus bagaimana, harapan akan yang akan kulakukan saat aku tiba disana harapan yang benar-benar membuat ku harus kembali. Tetapi entah kenapa kali ini aku melakukan lintas Jawa harapan itu seperti kosong, seperti hampa yang tidak mungkin diwujudkan. Hingga aku sadar bahwa inilah kenyataan, kenyataan yang memang harus dihadapi. Tetapi setidaknya aku masih memiliki harapan untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini, dan membuktikan kepadanya.