Google Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 09 November 2010

Dia


Aku pernah menaruh harapan besar padanya. Menaruh harapan akan masa depanku. Bermimpi untuk membentuk keluarga kecil dengan memiliki anak kembar. Banyak waktu yang telah kita habiskan bersama, banyak kenangan yang telah tercipta dan masih tersimpan jelas dalam otak ini. Dari awal mulai berkenalan, sampai akhirnya berpisah seperti ini. Ada puluhan janji yang terucap, bahkan ratusan atau lebih yang saat ini sudah tidak ada artinya lagi. Dalam perjalanan dewasaku, begitu banyak pelajaran yang aku dapat darinya, dan membuat aku yakin bahwa akulah imamnya, dan dialah tulang rusukku. Keluarga sudah cukup dekat waktu itu, sudah tidak ada lagi halangan dinatara kita, hanya tinggal menjalani saja

Sekian waktu berlalu, beberapa kali kita berpisah, tetapi kemudian bersatu lagi.

Pada satu waktu aku harus meninggalkan kota kami untuk pergi merantau seperti apa yang dikatakan Imam Syafii Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berleha-lehalah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan
Yang akhirnya membuat kita benar-benar berpisah pada waktu itu, walau setelah aku pergi merantau kami sempat kembali untuk beberapa saat.

Sulit sekali memang untuk mencintai seseorang dengan cara yang sempurna seperti yang diinginkannya, selain karena perbedaan sifat, juga karena jarak yang terlalu jauh yang membuat keadaan seperti ada dan tiada. Hanya bertumpu pada waktu yang sangat sulit sekali di tebak, dan memang karena pada saat itu aku juga tidak memiliki jaminan untuk meyakinkannya bahwa aku bisa membahagiakannya. Atau mungkin dia yang tidak percaya padaku bahwa pada suatu hari nanti aku bisa, aku mampu, aku sanggup memenuhi semua kebutuhannya baik jasmani dan rohani. Tetapi semua kembali pada waktu yang membuatnya tidak dapat bertahan dengan keadaan, melupakan semua mimpi yang pernah terangkai, pernah hancur, dan kemudian dirangkai lagi, dan yang pada akhirnya benar-benar dihancurkan dan dibiarkan pergi.

Berpindah ke lain hati menjadi jalan yang dia pilih untuk menggapai semua mimpinya, memilih jalannya, menentukan jalan hidupnya, bukan dengan aku.

Aku tidak menyesal, aku bahagia melihatnya tersenyum walau bukan dengan aku, karena aku percaya, bahwa dalam perjalanan cinta manusia akan bertemu orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat.

Dan demikianlah semuanya harus terjadi, karena memang harus terjadi. hidup ini terus berlanjut dan terus berjalan.